Menurut Karl Marx masyarakat terbagi menjadi dua kelas yaitu kaum kapitalis (borjuis) dan kaum buruh (proletar). Dalam dunia pendidikan teori ini juga masih berlaku yaitu pendidikan yang didapatkan masyarakat kelas borjuis tentunya berbeda dengan pendidikan yang didapatkan masyarakat kelas buruh.
Dalam hal akses pendidikan, sekolah –sekolah yang favorit atau unggulan hanya bisa diakses oleh kaum borjuis sedangkan kaum bruh hanya bisa mengakses sekolah-sekolah yang biasa atau pinggiran. Kenapa sekolah –sekolah yang favorit atau unggulan hanya bisa diakses oleh kaum borjuis karena untuk bersokolah disana memerlukan biaya yang besar yang hanya bisa dilakukan oleh kaum burjois yang memiliki uang. Sedangkan kenapa kaum bruh hanya bisa mengakses sekolah-sekolah yang biasa atau pinggiran tentu saja karena mereka tak memiliki uang banyak jika harus bersekolah di sekolah –sekolah yang favorit atau unggulan walaupun sebetulnya juga ada kaum buruh yang bisa sekolah di sekolah –sekolah yang favorit atau unggulan karena pintar dan mendapat beasiswa, itupun hanya sedikit.
Pendidikan di Indonesia lebih mementingkan struktur sosial, artinya sekolah –sekolah yang favorit atau unggulan berisi orang-orang kaum burjois dan sekolah-sekolah yang biasa atau pinggiran berisi orang-orang kaum buruh. Hal ini berarti seleksi yang dilakukan sekolah-sekolah di Indonesia masih menggunakan seleksi sosial.
Karena perbedaan pendidikan yang didapatkan oleh kaum burjois dan kaum buruh berbeda maka fasilitas yang didapatkan antara kaum burjois dan kaum buruh pun berbeda. Hal ini pun berdampak kepada prestasi belajar yang didapatkan berpeda antara kaum burjois dan kaum buruh. Secera tidak langsung ini akan membuat kaum burjois tetap bisa berada diatas sedangkan kaum buruh tetap berada dibawah. Semoga segera ada solusi yang mampu menangatasi masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan kita.
0 komentar:
Posting Komentar