Home » » Transistor

Transistor

Transistor merupakan peralatan yang mempunyai tiga lapis N-P-N atau P-N-P. dalam rentang operasi, arus kolektor IC merupakan fungsi daria arus basis IB. perubahan pada arus basis IB memberikan perubahan yang diperkuat pada arus kolektor untuk tegangan emitor-kolektor VCE yang diberikan. Perbandingan kedua arus ini dalam orde 15 sampai 100.
Simbol untuk transistor dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan untuk karakteristik transistor dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Simbol ransistor

Gambar 2. Karakteristik transistor
Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor dapat dilakukan seperti pada Gambar 3. Jika digunakan untuk jenis NPN, maka tegangan Vcc -nya positif, sedangkan untuk jenis PNP tegangannya negatif.
Gambar 3. Rangkaian transistor
Arus IB (misalnya Ib 1) yang diberikan dengan mengatur VB akan memberikan titik kerja pada transistor. Pada saat itu transistor akan menghasilkan arus kolektor (IC) sebesar IC dan tegangan VCE sebesar VCE 1. Titik Q (titik kerja transistor) dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut :
Persamaan garis beban = Y = VCE = VCC – IC x RL
Jadi untuk IC = 0, maka VCE = VCC dan untuk VCE = 0, maka diperoleh IC = VCC/RL
Apabila harga-harga untuk IC dan ICE sudah diperoleh, maka dengan menggunakan karakteristik transistor yang bersangkutan, akan diperoleh titik kerja transistor atau titik Q.
Pada umumnya transistor berfungsi sebagai suhu switching (kontak on-off). adapun transistor yang berfungsi sebagai switching ini selalu berada pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off (bagian yang diarsir pada Gambar 2). Transistor dapat bekerja pada daerah jenuh dan daerah cut off –nya dengan cara melakukan pengaturan tegangan VB dan rangkaian pada basisnya (tahanan RB) dan juga tahanan bebannya (RL). Untuk mendapatkan on-off yang bergantian dengan periode tertentu dapat dilakukan dengan memberikan tegangan VB yang berupa pulsa, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Pulsa trigger dan tegangan output VCE
Apabila VB = 0, maka transistor off (cut off), sedangkan VB = V1 dan dengan mengatur RB dan R1 sedemikian rupa, sehingga menghasilkan menghasilkan arus IB yang akan menyebabkan transistor dalam keadaan jenuh. Pada keadaan ini VCE adalah kira-kira sama dengan nol (Vsat = 0.2 Volt). Bentuk output VCE yang terjadi pada Gambar 4. Penjelasannya adalah sebagai berikut (lihat Gambar 3 dan Gambar 4) :
Pada kondisi VB = 0, harga IC = 0, dan berdasarkan persamaan loop :
VCC + IC R1 + VCE = 0, dihasilkan VCE = +VCC
Pada kondisi VB = V1, harga VCE = 0 dan IV = I saturasi
Untuk mendapatkan arus IC, (I saturasi) yang cukup besar pada rangkaian switching ini, umumnya RL didisain sedemikian rupa sehingga RL mempunyai tahanan yang kecil.     

0 komentar:

Posting Komentar